PEMERSATU KITA ADALAH ISLAM DAN IMAN BUKAN KEBANGSAAN

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menasihatkan:

Wahai saudara-saudaraku sesungguhnya yang wajib adalah kita tidak menjadi seorang nasionalis atau seorang yang fanatik kebangsaan. Yakni, kita jangan fanatik kepada negeri dan warga negara kita. Karena fanatisme kebangsaan memayungi orang mukmin dan muslim, orang fasik dan jahat, dan orang kafir serta sekuler, ahli bid’ah dan ahlussunnah. (Pengertian) negeri itu mencakup mereka semua. Maka apabila kita hanya fokus kepada nasionalisme saja, tidak diragukan ini adalah berbahaya. Karena berarti seorang ahli bid’ah bisa saja datang kepada seorang ahlussunnah dan berkata kepadanya: saya dan kamu sama-sama penduduk negeri yang satu, kamu tidak lebih utama dari saya dan sebaliknya. Realitanya ini adalah pijakan yang berbahaya. Yang benar adalah (hendaknya seseorang) fokus untuk menjadi orang yang beriman.

Dan kami terangkan juga bahwa fanatik kepada negeri, dimana pemersatu diantara kita adalah kebangsaan hal ini tidak benar sama sekali.  Dan tidak akan sempurna perkaranya sampai sebab pemersatu antara kita adalah keimanan. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara” [Al Hujurat: 10]

Ayat ini turun di Madinah, dan sebelum Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam hijrah ke Madinah disana sudah ada orang-orang Yahudi, tapi mereka tidak dimasukkan ke dalam pengertian ayat di atas padahal mereka penduduk Madinah, dan beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat sedangkan baju besinya tergadaikan pada seorang Yahudi.

(Fanatisme kebangsaan) ini adalah perkara yang bahaya. Maka kaidah yang benar adalah bahwa pemersatu kita adalah Islam dan Iman. Dengan begini kita akan dapati setiap muslim di banyak negeri. Adapun dalih yang dikemukakan para penyeru kebangsaan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata kepada kota Makkah “Sesungguhnya engkau adalah negeri yang paling Allah cintai” dalil ini pada hakikatnya bukan argument yang tepat, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak mengatakan: Sesungguhnya kamu negeri yang paling aku cintai, melainkan beliau mengatakan: Negeri yang paling Allah cintai. Karena itu beliau juga berkata: “Kalau saja kaummu tidak mengusirku aku tidak akan pergi meninggalkanmu” beliau tidak mengatakan itu karena alasan nasionalisme, melainkan karena Makkah adalah negeri yang paling Allah cintai dan beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mencintai apa yang Allah cintai.

Sumber: http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=234204

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *