Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab (W. 1206) rahimahullah ditanya tentang arti “Laa ilaaha Illallah”. Beliau menjawab;

اعلم رحمك الله أنّ هذه الكلمة هي الفارقة بين الكفر والإسلام، وهي كلمة التقوى، وهي العروة الوثقى، وهي التي جعلها إبراهيم عليه السلام كلمة باقية في عقبه لعلهم يرجعون.

Ketahuilah semoga Allah merahmatimu, bahwa kalimat ini adalah; pembeda antara kekufuran dan Islam, dia adalah kalimat takwa dan urwatul wutsqa dan dia adalah kalimat yang dijadikan oleh Ibrahim Alaihissalam tetap tinggal pada keturunannya agar mereka kembali.

وليس المراد قولها باللسان مع الجهل بمعناها، فإنّ المنافقين يقولونها وهم تحت الكفار في الدّرك الأسفل من النار، مع كونهم يُصلون ويتصدقون،

Dan bukan maksud darinya, mengucapkan dengan lisan disamping kejahilan akan artinya karena orang-orang munafik mengucapkannya sedangkan mereka lebih rendah dari orang-orang kafir “berada di dasar paling dalam dari neraka” (Qs. Annisa; 145). Padahal mereka mengerjakan shalat dan bersedekah.

ولكن المراد قولها مع معرفتها بالقلب ومحبتها ومحبة أهلها وبغض ما خالفها ومعاداته، كما قال النبي صلى الله عليه وآله وسلم: « من قال لا إله إلاّ الله مخلصا » ، وفي رواية « خالصا من قلبه » ، وفي رواية « صادقا من قلبه » وفي حديث آخر: « من قال لا إله إلاّ الله وكفر بما يُعبد من دون الله » ، إلى غير ذلك من الأحاديث الدالة على جهالة أكثر الناس بهذه الشهادة،

Tapi yang dimaukan darinya adalah mengucapkan dengan lisan disertai dengan pengenalan artinya dengan hati, mencintainya dan mencintai sesama pemeluknya, membenci orang-orang yang melanggarnya dan memusuhinya seperti yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sabdakan; “Barangsiapa mengucapkan Laa ilaaha Illallah dengan ikhlas.” Dan dalam riwayat lainnya, “Ikhlas dari dalam hatinya.” Dan dalam riwayat lainnya, “Jujur dari dalam hatinya.”

Dan dalam hadits yang lain, “Barangsiapa mengucapkan Laa ilaaha Illallah dan dia kufur kepada apa saja yang diibadahi selain Allah” serta hadits-hadits yang lain yang menunjukkan akan jahilnya kebanyakan orang akan syahadat ini.

فاعلم أن هذه الكلمة نفي وإثبات نفي الإلهية عمّا سوى الله تعالى من المخلوقات، حتى محمد صلى الله عليه وآله وسلم، وجبرائيل فضلا عن غيرهم من الأولياء والصالحين.

Maka ketahuilah bahwa kalimat ini nafi dan itsbat. Yaitu menafikan ilahiyah dari selain Allah Ta’aala dari para rasul sekalipun Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan para malaikat sekalipun Jibril, apalagi selain keduanya dari para nabi dan orang-orang shalih, dan menetapkannya (ilahiyah) untuk Allah semata.

إذا فهمت ذلك فتأمل هذه الألوهية التي أثبتها الله لنفسه، ونفاها عن محمد وجبرائيل وغيرهما، أن يكون لهم مثقال حبة من خردل، فاعلم أنّ هذه الألوهية هي التي تسميها العامة في زماننا السر والولاية، والإله معناه الولي الذي فيه السرّ، وهو الذي يسمونه الفقير والشيخ، وتسميه العامة السيد وأشباه هذا، وذلك أنهم يظنون أنّ الله جعل لخواص الخلق منزلة، يرضى أنّ الإنسان يلتجئ إليهم ويرجوهم ويستغيث بهم ويجعلهم واسطة بينه وبين الله، فالذي يزعم أهل الشرك في زماننا أنهم وسائطهم وهم الذين يسميهم الأولون (الآلهة)، والواسطة هو الإله، فقول الرجل لا إله إلاّ الله، إبطال الوسائط.

Apabila kamu memahami hal ini, perhatikanlah uluhiyah yang Allah tetapkan untuk dirinya dan Dia nafikan/tiadakan dari Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Jibril dan selainnya untuk memilikinya (ilahiyah/uluhiyah ini) meski sebesar biji zarah.

Ketahuilah bahwa uluhiyah inilah yang disebut oleh orang awam di masa kita dengan sir & wilayah. Dan ilah artinya adalah wali yang terdapat padanya sir dan itulah yang mereka namakan al faqir dan asy-syaikh. Dan orang-orang awam menamakannya dengan; sayyid dan penamaan yang semisal dengannya.

Yang demikian itu karena mereka mengira bahwa Allah telah menjadikan bagi makhluk pilihan-Nya kedudukan disisi-Nya, yang mana Allah ridha manusia bergantung kepada mereka, berharap kepada mereka, minta keselamatan dengan mereka, dan menjadikan mereka sebagai perantara antara dirinya dengan Allah.

Maka yang dianggap oleh pelaku kesyirikan di zaman kita bahwa mereka adalah perantara-perantara bagi mereka, mereka itulah yang dinamakan oleh orang-orang musyirikin pertama dengan sebutan ilah-ilah. Maka perantara itu adalah ilah. Sehingga ucapan seseorang; Laa ilaaha Illallah membatalkan adanya perantara-perantara.

فإذا أردت أن تعرف هذا معرفة تامة، فذلك بأمرين:

الأول: أن تعرف أنّ الكفار الذين قاتلهم رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم، وقتلهم ونهب أموالهم، واستحلّ نساءهم، كانوا مقرين لله سبحانه، بتوحيد الربوبية، وهو أنه لا يخلق، ولا يرزق، ولا يحيي، ولا يميت، ولا يدبّر الأمور إلاّ الله وحده، كما قال الله تعالى: ( قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ )

Dan apabila kamu ingin mengetahui perkara ini dengan pengetahuan yang benar, maka perhatikanlah dua hal berikut;

Pertama: Ketahuilah bahwa orang-orang kafir yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam perangi mereka dan bunuhi mereka dan halalkan harta mereka dan wanita-wanita mereka dahulu mereka mengakui tauhid rububiyah bagi Allah. Tauhid rububiyah adalah meyakini bahwa tidak ada yang menciptakan, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan, mengurus urusan selain Allah semata. Sebagaimana firman Allah Ta’aala; “Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan” Maka mereka menjawab:”Allah”. Maka katakanlah:”Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (Qs. Yunus: 31)

وهذه مسألة عظيمة مهمة، وهي أن تعرف أنّ الكفار شاهدون بهذا كله ومقرّون به ومع ذلك لم يدخلهم ذلك في الإسلام ولم يحرم دماءهم ولا أموالهم، وكانوا أيضا يتصدّقون ويحجون ويعتمرون ويتعبّدون ويتركون أشياء من المحرمات خوفا من الله عزّ وجل، ولكن الأمر الثاني هو الذي كفّرهم وأحلّ دماءهم وأموالهم، وهو أنهم لم يشهدوا لله بتوحيد الألوهية، وهو أنه لا يُدعى ولا يُرجى إلاّ الله وحده لا شريك له ولا يُستغاث بغيره ولا يُذبح لغيره ولا يُنذر لغيره، لا لملَك مقرّب ولا نبي مرسل، فمن استغاث بغيره فقد كفر، ومن ذبح لغيره فقد كفر، ومن نذر لغيره فقد كفر وأشباه ذلك.

Ini adalah perkara besar agung dan penting, yaitu kamu mengetahui bahwa orang-orang kafir yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam perangi menyaksikan akan hal ini semuanya dan mengakuinya. Tapi kendati begitu keyakinan mereka ini tidak cukup menjadikan mereka masuk Islam, tidak mengharamkan darah mereka dan harta mereka. Disamping itu mereka bersedekah, haji, umrah, mengerjakan ibadah dan meninggalkan hal-hal yang haram karena takut kepada Allah Azza wa Jalla.

Akan tetapi (problemnya ada pada) perkara yang kedua; Inilah perkara yang mengkafirkan mereka dan menjadikan darah-darah mereka dan harta-harta mereka halal. Yaitu bahwa mereka tidak mempersaksikan untuk Allah dengan tauhid uluhiyyah, dan tauhid ilahiyyah. Yaitu tidak ada yang diseru (diibadahi), diharapkan, kecuali Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan tidak dimintai keselamatan kecuali Dia, tidak diberikan sembelihan kecuali kepada-Nya, tidak diserahkan nadzar kecuali untuk-Nya, tidak untuk malaikat yang dekat, atau nabi yang diutus. Dan barangsiapa minta keselamatan kepada selain Dia maka telah kafir, dan barangsiapa menyembelih untuk selain Dia maka telah kafir, dan barangsiapa bernadzar untuk selain Dia maka telah kafir, dan seterusnya.

وتمام هذا، أن تعرف أنّ المشركين الذين قاتلهم رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم كانوا يدعون الصالحين مثل الملائكة وعيسى وعُزير وغيرهم من الأولياء، فكفروا بهذا مع إقرارهم بأنّ الله هو الخالق الرازق المدبّر، وإذا عرفت هذا عرفت معنى لا إله إلاّ الله، وعرفت أن من نخا نبيا أو ملكا أو ندبه أو استغاث به فقد خرج من الإسلام، وهذا هو الكفر الذي قاتلهم عليه رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم.

Dan lebih jelasnya, bahwa orang-orang musyrik yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam perangi dahulu mereka menyeru orang-orang shalih seperti malaikat, Isa dan ibunya, dan Uzair serta selainnya dari para wali sehingga mereka kafir karena hal ini. Dan (hukum atas mereka ini berlaku) disamping pengakuan mereka bahwa Allah adalah pencipta, pemberi rizki dan pengatur (alam semesta).

Apabila kamu telah mengetahui hal ini, tahulah kamu makna Laa ilaaha Illallah. Dan tahulah kamu bahwa siapa saja yang menyeru seorang nabi, atau malaikat, atau memanggil-manggilnya, atau minta keselamatan dengannya, dia telah keluar dari Islam. Inilah kekufuran yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dahulu perangi.

فإن قال قائل من المشركين نحن نعرف أنّ الله هو الخالق الرازق المدبّر، يمكّن هؤلاء الصالحين أن يكونوا مقرّبين ونحن ندعوهم وننذر لهم وندخل عليهم ونستغيث بهم ونريد بذلك الوجاهة والشفاعة، وإلاّ نحن نفهم أنّ الله هو الخالق المدبّر.

فقل: كلامك هذا مذهب أبي جهل وأمثاله فإنّهم يدعون عيسى وعزيرا والملائكة والأولياء يريدون ذلك، كما قال تعالى: { والذين اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى } .

وقال تعالى: { وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ } .

Apabila ada orang musyrik yang berkata; Kami tahu bahwa Allah pencipta, pemberi rezki, dan pengatur (alam semesta) tapi orang-orang shalih itu adalah orang-orang yang didekatkan (kepada Allah) dan kami menyeru mereka dan bernadzar untuk mereka dan mendekatkan diri kepada mereka dan minta keselamatan melalui mereka, yang kami inginkan dengan itu semua adalah kedudukan dan syafaat mereka. Karena kami telah memahami bahwa Allah adalah pencipta, pemberi rezeki dan pengatur (alam semesta).

Maka jawablah; Ucapanmu ini adalah madzhabnya Abu Jahl dan yang semisal dengan mereka. Kerena dahulu mereka menyeru Isa dan Uzair dan para malaikat dan wali, yang mereka inginkan dengan itu semua adalah seperti yang Allah Ta’aala firmankan; “Dan orang-orang yang mengambil selain Dia sebagai penolong-penolong (berkata); Kami tidak beribadah kepada mereka selain agar mereka mendekatkan diri-diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya” (Qs. Az-Zumar; 3). Dan firman Allah; “Dan mereka beribadah kepada selain Allah dari apa-apa yang tidak mencelakakan mereka dan tidak memberi mereka manfaat. Dan mereka berkata; Mereka adalah para pemberi syafaat kami disisi Allah” (Qs. Yunus; 18)

فإذا تأمّلت هذا تأملا جيدًا، عرفت أنّ الكفار يشهدون لله بتوحيد الربوبية، وهو تفرّد بالخلق والرزق والتدبير، وهم ينخون عيسى والملائكة والأولياء يقصدون أنهم يقرّبونهم إلى الله ويشفعون عنده.

وعرفت أنّ من الكفار خصوصا النصارى منهم، من يعبد الله الليل والنهار، ويزهد في الدنيا، ويتصدق بما دخل عليه منها، معتزل في صومعة عن الناس، ومع هذا: كافر عدو لله.. مخلّد في النار، بسبب اعتقاده في عيسى أو غيره من الأولياء، يدعوه أو يذبح له أو ينذر له، تبيّن لك كيف صفة الإسلام، الذي دعا إليه نبيك صلى الله عليه وآله وسلم، وتبين لك أن كثيرا من الناس عنه بمعزل، وتبين لك معنى قوله صلى الله عليه وآله وسلم: « بدأ الإسلام غريبًا، وسيعود غريبا كما بدأ. » فالله الله يا إخواني تمسّكوا بأصل دينكم، وأوله وآخره وأسّه ورأسه: شهادة أن لا إله إلاّ الله.. واعرفوا معناها، وأحبّوها وأحبوا أهلها، واجعلوهم إخوانكم، ولو كانوا بعيدين، واكفروا بالطواغيت وعادوهم وأبغضوهم، وأبغضوا من أحبّهم أو جادل عنهم أو لم يكفّرهم أو قال ما علي منهم أو قال ما كلّفني الله بهم، فقد كذب هذا على الله وافترى، فقد كلّفه الله بهم وافترض عليه الكفر بهم والبراءة منهم ولو كانوا إخوانهم وأولادهمفالله الله، تمسّكوا بذلك لعلكم تلقون ربكم لا تشركون به شيئا، اللهم توفّنا مسلمين، وألحقنا بالصالحين.

Maka apabila kamu memperhatikan perkara ini dengan baik, kamu pun tahu bahwa orang-orang kafir mempersaksikan bagi Allah dengan tauhid rububiyah, yaitu hanya Allah semata yang menciptakan, memberi rezeki dan mengatur. Dan mereka menyeru Isa dan para malaikat dan wali dengan maksud bahwa mereka mendekatkan diri-diri mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya, dan memberi mereka syafaat disisi Allah. Dan kamu pun tahu bahwa diantara orang-orang kafir –terlebih lagi orang Kristen- ada yang beribadah kepada Allah siang dan malam dan zuhud di dunia, menyedekahkan rezeki yang mereka dapati, menyendiri di tempat ibadah mereka, tapi dia kendati begitu orang kafir, musuh Allah, kekal di neraka disebabkan keyakinannya tentang Isa, atau selain Isa dari para wali. Dia menyerunya dan menyembelih untuknya, atau bernadzar untuknya. Sehingga jelaslah bagimu bagaimana sifat Islam yang diajak oleh Nabimu Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dan jelaslah bagimu bahwa mayoritas manusia terpisah dari Islam dan jelaslah olehmu arti ucapan Nabimu Shallallahu ‘Alaihi Wasallam; “Islam diawali dengan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya.”

Maka takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah wahai saudaraku. Berpeganglah dengan pokok agamamu, yang pertama dan akhirnya, pangkal dan pondasinya; syahadat Laa ilaaha Illallah! Kenalilah maknanya dan cintailah dia dan cintailah sesama pemeluknya. Jadikanlah mereka teman kalian walaupun mereka jauh, dan kufurlah kepada thaghut-thaghut, musuhi dan bencilah kepada mereka dan bencilah kepada orang-orang yang mencintai mereka atau membela mereka, atau tidak mau mengkafirkan mereka, atau mengatakan; “Saya tidak ada urusan dengan mereka” atau mengatakan: “Allah tidak membenani aku tentang urusan mereka”. Sungguh dia telah berdusta atasnama Allah dan membuat kebohongan. Sungguh Allah tealh membebani dia akan urusan mereka, dan mewajibkan atasnya kufur kepada mereka dan berlepas diri dari mereka walaupun mereka adalah saudara-saudara mereka sendiri dan anak-anak mereka sendiri.

Maka saya ingatkan kalian kepada Allah wahai saudaraku, peganglah hal ini semoga kalian berjumpa dengan Rab kalian dan kalian tidak menyekutukan Dia dengan suatu apa pun. Ya Allah, wafatkanlah kami sebagai muslimin dan kumpulkanlah kami bersama orang-orang shalih.

ولنختم الكلام بآية ذكرها الله في كتابه، تبيّن لك أن كفر المشركين من أهل زماننا أعظم كفرًا من الذين قاتلهم رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم، قال الله تعالى: { وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الْإِنْسَانُ كَفُورًا } .

فقد سمعتم أنّ الله سبحانه ذكر عن الكفار أنهم إذا مسّهم الضرّ تركوا السادة والمشائخ ولم يستغيثوا بهم بل أخلصوا لله وحده لا شريك له واستغاثوا به وحده، فإن جاء الرخاء أشركوا، وأنت ترى المشركين من أهل زماننا ولعل بعضهم يدّعي أنه من أهل العلم وفيه زهد واجتهاد وعبادة، إذا مسّه الضرّ قد يستغيث بغير الله مثل معروف أو عبد القادر الجيلاني ، وأجلّ من هؤلاء مثل زيد بن الخطاب والزبير ، وأجل من هؤلاء مثل رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم، والله المستعانوأعظم من ذلك وزرا أنّهم يستغيثون بالطواغيت والكفرة والمردة ، مثل شمسان وإدريس ويونس وأمثالهم والله سبحانه أعلم.

و الحمد لله أولا وآخرا وصلى الله على خير خلقه محمد وآله أجمعين آمين.

Marilah kita tutup pembicaraan ini dengan sebuah ayat yang Allah sebutkan di dalam kitab-Nya, yang menerangkan kepadamu bahwa kekufuran orang-orang musyrikin di zaman kita lebih besar dari kekufuran orang-orang yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dahulu perangi.

Allah Ta’aala berfirman; “Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih”. (Qs. Al Isra’: 67)

Allah Ta’aala telah menyebutkan tentang orang-orang kafir bahwa apabila mereka ditimpa musibah mereka meninggalkan wali-wali dan syaikh-syaikh, mereka tidak menyeru seorang pun dari mereka, tidak minta keselamatan kepada mereka, bahkan mereka mengikhlaskan (ibadah) kepada Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, mereka minta keselamatan kepada-Nya semata. Dan apabila datang kelapangan mereka (kembali) menyekutukan (Allah).

Dan kalian saksikan orang-orang musyrikin di zaman kita, dan bisa jadi sebagian mereka mengaku sebagai ulama, ada pada dirinya zuhud dan kesungguhan dan ibadah, apabila dia ditimpa kesulitan dia pun bangkit minta keselamatan kepada selain Allah seperti Ma’ruf atau Abdul Qadir Jailani, dan yang lebih mulia dari mereka seperti Zaid bin Al Khattab dan Zubair, dan yang lebih mulia dari mereka seperti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Hanya kepada Allah kita mohon pertolongan.

Dan lebih jelek dari ini semua, mereka minta keselamatan kepada thaghut-thaghut dan orang-orang kafir dan para pembangkang seperti Syimsan dan Idris, dan yang dipanggil dengan Al Asyqar dan Yusuf dan yang semisal dengan mereka.

Wallahu A’lam.

Segala puji bagi Allah pertama dan terakhir. Dan shalawat serta salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad dan kepada para keluarga dan shahabat beliau semuanya. Amin.

2 Comments

  1. Dan kalian saksikan orang-orang musyrikin di zaman kita, dan bisa jadi sebagian mereka mengaku sebagai ulama, ada pada dirinya zuhud dan kesungguhan dan ibadah, apabila dia ditimpa kesulitan dia pun bangkit minta keselamatan kepada selain Allah seperti Ma’ruf atau Abdul Qadir Jailani, dan yang lebih mulia dari mereka seperti Zaid bin Al Khattab dan Zubair, dan yang lebih mulia dari mereka seperti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Hanya kepada Allah kita mohon pertolongan.

    Dan lebih jelek dari ini semua, mereka minta keselamatan kepada thaghut-thaghut dan orang-orang kafir dan para pembangkang seperti Syimsan dan Idris, dan yang dipanggil dengan Al Asyqar dan Yusuf dan yang semisal dengan mereka.

    tabayun dulu kalau mau kasih stempel seperti itu kepada orang yang anda maksud,
    saya berharap pandangan anda benar, TETAPI kalau salah jangan jangan pendapat anda mengenai anda sendiri…
    maaf bukan saya menggurui tapi sebaiknya jika anda mau kasih pendapat seperti itu minimal anda memiliki ILMU yang sebanding dengan “mereka” apalagi kalau anda bisa hafal Qur’an dan hadis berserta tafsirnya secara perinci tidak cuma jiplak di terjemah maka akan lebih akurat kebenaran pendapat anda, maaf atas pendapat saya yang salah, semoga anda termasuk orang yang mendapat pencerahan dari Alloh SWT, amiin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *